K3 Lab

Laboratorium merupakan salah satu sarana belajar yang tepat untuk pengembangan kompetensi psikomotorik dan afektif peserta didik. Dalam pembelajaran, laboratorium berfungsi untuk membangun pemahaman konsep peserta didik, verifikasi atau pembuktian kebenaran konsep, dan menumbuhkan keterampilan proses berpikir, motorik serta sikap peserta didik.

Dari sudut pandang keselamatan kerja, semua laboratorium memiliki bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan dan teknik selama bekerja, sehingga keselamatan dan keamanan kerja (K3) memerlukan perhatian khusus. Tujuan K3 di laboratorium adalah untuk menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar yang aman dengan cara mengingat pengetahuan praktik baik dosen, laboran, dan mahasiswa tentang K3, mengenal bahaya yang mungkin terjadi, serta upaya penanganannya. K3 di laboratorium perlu diinformasikan secara cukup dan relevan sehingga sumber bahaya dan akibat yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya dapat diketahui. Selain itu, penginformasian berulang perlu dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan.

Berhubungan dengan itu, setiap laboratorium selalu membuat aturan yang mengatur bagaimana seharusnya bekerja di laboratorium. Disiplin terhadap aturan yang berlaku merupakan parameter utama dalam pengimplementasian K3 di laboratorium.

 

Sebab-sebab Kecelakaan di Laboratorium

Secara umum, kecelakaan yang terjadi di laboratorium kimia ataupun di industri kimia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Sikap dan tingkah laku. Sikap dan tingkah laku praktikan yang lalai terhadap aturan seperti enggan menggunakan perlengkapan perlindungan diri dan meremehkan setiap kemungkinan merupakan penyebab kecelakaan yang paling sering ditemukan di laboratorium. Hal demikian sering dijumpai pada praktikan pemula yang baru bekerja atau belajar di laboratorium

2. Keadaan tidak aman. Penggunaan bahan-bahan kimia, alat yang digunakan dan teknik pengerjaan adalah penyebab keamanan tidak aman di laboratorium. Seperti penggunaan hidrogen klorida, hidorgen sulfida dan pelarut-pelarut organik yang dapat menimbulkan pencemaran ruang kerja dan lingkungan laboratorium.  Tidak tersedianya lemari asam dan sistem ventilasi menambah keadaan tidak amannya laboratorium. Selain itu kesalahan teknik juga merupakan penyebab keadaan tidak aman, seperti melakukan reaksi pemanasan, pengenceran asam sulfat pekat atau pemanasan pelarut volatil pada sistem api terbuka.

3. Kurang kontrol dari pihak supervisor. Fungsi kontrol dari pihak supervisor berupa supervisi dan proses pengawasan yang baik adalah antisiasi terjadinya kondisi yang tidak diinginkan. Supervisor harus menjelaskan prosedur dan cara kerja, memberikan pengawasan, serta mengetahui setiap kemungkinan bahaya yang terjadi akibat percobaan kimia atau penggunan bahan kimia.

 

Jenis Bahaya dan Kecelakaan di Laboratorium

Beberapa jenis bahaya dan kecelakaan di laboratorium yang harus diantisipasi yaitu :

1. Keracunan. Keracunan terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia beracun (toksik), seperti amonia, karbon monoksida, kloroform, benzen, sianida dan lain-lain. Keracunan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan baik jangka panjang ataupun jangka pendek bahkan kematian. Gangguan kesehatan jangka panjang seperti terjadiya gangguan hati, kanker dan asbetosis yang disebabkan karena akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil namun terus menerus. Gangguan kesehatan jangka pendek seperti mual, pusing dan lemas pada tubuh.

2. Iritasi. Iritasi terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi dengan bahan kimia korosif seperti asam sulfat, natrium hidroksida dan bahan korosif lainnya. Iritasi dapat menyebabkan terjadinya luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan, dan mata.

3. Kebakaran dan luka bakar. Kebakaran dan luka bakar terjadi sebagai akibat dari sikap ceroboh  dalam menangani pelarut organik yang mudah terbakar, seperti eter, aseton, alkohol dan pelarut organik lainnya.

4. Luka kulit. Luka kulit dapat terjadi saat praktikan bekerja dengan alat gelas dan kaca apabila alat-alat tersebut pecah.

5. Bahaya lainya. Bahaya lainnya yang mungkin terjadi adalah sengatan listrik, terpapar dengan radiasi tertentu dan pencemaran lingkungan.

 

Sumber :

Widodo, Didik Setiyo dan Lusiana, Retno Ariadi. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif Dasar Penguasaan Aspek Eksperimental. Yogyakarta : Graha Ilmu

Daryanto. 2007. Keselamatan dan kesehatan kerja bengkel. Jakarta : Rineka Cipta

Anwar, Chairil., dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Dikti.